Minggu, 14 Juli 2013

Prosedur ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)




LAPORAN PENDAHULUAN
ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)
Oleh :
Sri Nurbaeti

A.    Definisi.
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik jantung (Price, 2006). Sewaktu impuls jantung melewati jantung, arus listrik akan menyebar ke jaringan di sekeliling jantung, dan sebagian kecil dari arus listrik ini akan menyebar ke segala arah di seluruh permukaan tubuh. Impuls yang masuk ke dalam jantung akan membangkitkan sistem konduksi pada jantung sehingga terjadi potensial aksi. Dalam potensial aksi jantung secara umum, terdapat dua fase yang terjadi, yaitu depolarisasi dan repolarisasi. Depolarisasi adalah rangsangam ketika gelombang rangsang listrik tersebar dari nodus SA melalui sistem penghantar menuju miokardium untuk merangsang otot berkontraksi. Sedangkan repolarisasi adalah pemulihan listrik kembali.

B.     Tujuan.
Tujuan melakukan pemasangan EKG adalah untuk menentukan kelainan seperti:
1. Gangguan irama jantung (disritmia).
2. Pembesaran atrium atau ventrikel.
3. Iskemik atau infark miokard.
4. Infeksi lapisan jantung (perikarditis).
5. Efek obat-obatan.
6. Gangguan elektrolit.
7. Penilaian fungsi pacu jantung.

     
C. Persiapan.
1.       Alat.
·         Mesin EKG.
·         Kabel untuk sumber listrik.
·         Kabel untuk bumi (ground).
·         Kabel elektroda ekstremitas dan dada.
·         Plat elektroda ekstremitas beserta karet pengikat.
·         Balon penghisap elektroda dada.
·         Jelly.
·         Kertas tissue.
·         Kapas Alkohol.
·         Kertas EKG.
·         Spidol.
2.      Pasien.
·         Pasien diberitahu tentang tujuan perekaman EKG.
·         Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama perekaman.
·         Cara menempatkan elektrode sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
·         Elektrode ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan telapak tangan.
·         Pada ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
·         Posisi pada pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke bahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
·         Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
1)      Merah (RA / R) lengan kanan.
2)      Kuning (LA/ L) lengan kiri.
3)      Hijau (LF / F ) tungkai kiri.
4)      Hitam (RF / N) tungkai kanan (sebagai ground).
5)      Hubungkan kabel dengan elektroda:
a.       Kabel merah dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kanan.
b.      Kabel kuning dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kiri.
c.       Kabel hijau dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kiri.
d.      Kabel hitam dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kanan.
·         Bersihkan pula permukaan kulit di dada klien yang akan dipasang elektroda prekordial dengan kapas alkohol dan beri jelly pada setiap elektroda, pasangkan pada tempat yang telah dibersihkan.
·         Hubungkan kabel dengan elektroda :
1)   C1   : untuk Lead V1 dengan kabel merah.
2)      C2     :  untuk Lead V2 dengan kabel kuning.
3)      C3   : untuk Lead V3 dengan kabel hijau
4)      C4     :  untuk Lead V4 dengan kabel coklat
5)      C5     :  untuk Lead V5 dengan kabel hitam
6)      C6     : untuk Lead V6 dengan kabel ungu. Pada C2 dan C4 merupakan titik-titik untuk mendengarkan bunyi jantung I dan II.
·         Cara Merekam EKG.
1)      Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
2)      Periksa kembali standarisasi EKG.
3)      Kalibrasi 1 mv (10 mm).
4)      Kecepatan 25 mm/detik. Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan 2-3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm.
5)      Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR, aVL, aVF, VI, V2, V3, V4, V5,V6. Setelah pencatatan, tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3kali, setelah itu matikan mesin EKG.
6)      Rapikan pasien dan alat-alat.
7)      Catat di pinggir kiri atas kertas EKG: Nama pasien, Umur, Tanggal/Jam, Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah.
8)      Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa.
9)      Hal-hal penting yang harus diperhatikan :
a.       Status kesehatan klien, pantau setiap saat.
b.      Pemasangan EKG harus sesuai dengan cara yang benar.
c.       Pasien diusahakan jangan terkena besinya, jangan batuk, dan tidak mengobrol, karena akan mempengaruhi hasil EKG.
10)  Hal-hal penting yang harus dicatat :
1.      Nama pasien.
2.      Status klien (usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, tekanan darah).
3.      Tanggal/jam.
4.      Dokter yang merawat.
5.      Yang membuat perekaman pada kiri bawah.
6.      Rekam medik pasie.
7.      Frekuensi jantung per menit.
8.      Irama jantung.
9.      Gelombang P.
10.  Interval P-R.
11.  Kompleks QRS.
12.  Gelombang T dan U.
13.  Kelainan EKG yang ditemukan.
D. Daftar Pustaka.





Prosedur Resusitasi Jantung Paru (RJP)

LAPORAN PENDAHULUAN
Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Oleh :
Sri Nurbaeti

A.    Definisi.
·         Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas dan atau sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab dan boleh membantu memulihkan kembali kedua-dua fungsi jantung dan paru ke keadaan normal. (http://www.scribd.com/doc/79280894/resusitasi-jantung-paru-anestesi).

·         Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis (http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2012/03/18/kgd-i-resusitasi-jantung-paru-pada-bayi-anak-dan-dewasa/).

·         Resusitasi jantung paru adalah cara untuk memfungsikan kembali jantung dan paru-paru (Wong, 2003).

B.     Tujuan.
·         Mengembalikan fungsi pernafasan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.
·         Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas).
·         Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan ventilasi (fungsi pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Cardio Pulmonary Resuciation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP).

C.    Peralatan.
Tidak menggunakan alat-alat.

D.    Persiapan Pasien.
·         Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
·         Posisi pasien diatur terlentang datar.
·         Baju bagian atas pasien di buka.

E.     Langkah-langkah Tindakan/Prosedur.
1.      Ketika menemukan korban, lakukanlah penilaian dini dengan memeriksa responnya melalui respon suara anda. Panggillah nama korban jika anda mengenalnya atau dengan cara mengguncang-guncang bahu korban (hati-hati bila curiga ada cedera leher dan tulang belakang).
2.      Jika TIDAK ADA RESPON, untuk korban dewasa mintalah pertolongan pertama kali kepada orang disekeliling anda baru lakukan pertolongan. Pada bayi atau anak, lakukan pertolongan terlebih dahulu selama 1 menit baru minta bantuan. Hal ini karena umumnya pada bayi atau anak terjadi karena sebab lain sehingga biasanya pemulihannya lebih cepat.
3.      Pada kondisi tidak respon ini, segera buka jalan nafas, tentukan fungsi pernafasan dengan cara ; lihat, dengar, dan rasakan (LDR) selama 3-5 detik. Jika ada nafas maka pertahankan jalan nafas dan segera lakukan posisi pemulihan atau melakukan pemeriksaan fisik.
4.      Jika TIDAK ADA NAFAS, maka lakukan pemberian NAFAS BUATAN sebanyak 2X.

5.      Kemudian periksa nadi karotis korban 5 - 10 detik, jika ada maka kembali ke no.3. Jika TIDAK ADA NADI, maka baru lakukan tindakan Pijat Jantung Luar atau Resusitasi Jantung Paru dengan jumlah rasio 30 kali kompresi dada : 2 kali tiupan nafas (satu penolong) atau 5 : 1 untuk (dua penolong). Ingat melakukan RJP ini hanya dilakukan ketika nadi tidak ada/tidak teraba.
6.      Jika korban menunjukkan tanda-tanda pulihnya satu atau semua sistem maka tindakan RJP harus segera dihentikan atau hanya diarah ke sistem yang belum pulih saja. Biasanya yang paling lambat pulih adalah pernafasan spontan maka hanya dilakukan tindakan resusitasi paru (nafas buatan) saja.

*      Catatan : Khusus untuk bayi yang baru lahir, rasio kompresi, dan nafas buatan adalah 3 : 1, mengingat dalam keadaan normal bayi baru lahir memiliki denyut nadi diatas 120 x/menit dan pernafasan mendekati 40 x/menit. Melakukan RJP yang baik bukan jaminan penderita akan selamat, tetapi ada hal-hal yang dapat dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan sistem pada korban diantaranya:
Ø  Saat melakukan pijatan jantung luar suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
Ø  Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan bantuan pernafasan.
Ø  Reaksi pupil/manik mata mungkin akan kembali normal.
Ø  Warna kulit korban akan berangsur-angsur membaik.
Ø  Korban mungkin akan menunjukkan refleks menelan dan bergerak.
Ø  Nadi akan berdenyut kembali.

*      Resusitasi Jantung Paru dapat dihentikan apabila: korban pulih kembali.
ü  Penolong kelelahan.
ü  Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih dimungkinkan juga dengan peralatan yang lebih canggih (seperti kejutan listrik).
ü  Jika ada tanda pasti mati.
F.     Pendokumentasian.
·         Mencatat respon pasien.
·         Mencatat reaksi pasien pada saat resusitasi jantung paru.

G.    Komplikasi/ Bahaya yang Mungkin Terjadi.
·         Fraktur iga dan sternum sering terjadi terutama pada orang tua, RJP tetap diteruskan walaupun terasa ada fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi tangan salah.
·         Pneumothorax.
·         Hemothorax.
·         Kontusio paru.
·         Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang  terlalu rendah akan menekan procesus xipoideus ke arah hepar/limpa.
·         Emboli lemak.
·         Muntah dan aspirasi.
·         Distensi lambung.

H.    Daftar Pustaka.
Krisanty, Paula, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. CV Trans Info Media: Jakarta.

Eka. 2009. Resusitasi Jantung Paru. Diambil pada 9 Juli 2013 Jam 08.30 di http://ekaediawati.blogspot.com/2009/05/resusitasi-jantung-paru.html.

Eka, Deden. 2011. Resusitasi Jantung Paru. Diambil pada 9 Juli 2013 Jam 10.00 di http://pertolonganpertama-pertolonganpertama.blogspot.com/2011/01/resusitasi-jantung-paru.html.

Dazspecta. 2012. Resusitasi Jantung Paru pada Bayi, Anak, dan Dewasa. Diambil pada 9 Juli 2013 Jam 09.00 di http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2012/03/18/kgd-i-resusitasi-jantung-paru-pada-bayi-anak-dan-dewasa/.

Yani, Sufi. 2012. Resusitasi Jantung Paru Anestesi. Diambil pada 9 Juli 2013 Jam 09. 20 di http://www.scribd.com/doc/79280894/resusitasi-jantung-paru-anestesi.

Wahyu. 2012. Resusitasi Jantung Paru. Diambil pada 9 Juli 2013 Jam 08.00 di http://www.dokterbook.com/2012/05/31/resusitasi-jantung-paru/.